seperti kembali ke masa-masa SMP. dimana aku menyimpan rasa pada seseorang dan membiarkan diriku mengamati dari kejauhan. aku tak ingin membiarkan diriku terlalu larut dalam perasaan patah hati. bayangkan saja betapa brengseknya orang yang sudah menginjak-injak perasaanmu tanpa rasa bersalah.
aku kembali membiarkan kuncup-kuncup bunga yang cantik ketika bermekaran menghiasi hatiku. aku biarkan ini tertutup rapat darinya. hanya sahabat kecilku yang tahu siapa ia. hanya sahabat kecilku yang sering aku jadikan 'wadah' bercerita saat aku berdebar membaca kalimat-kalimat sederhananya yang jarang kulihat. oh, tentu, Tuhan juga tau.
aku menghitung mundur hari-hari saat aku mungkin akan berpapasan dengannya. sekedar berpapasan. tak ada saling menyapa apalagi berbincang hangat. aku terlalu cupu untuk sekedar bertanya-tanya hal-hal yang ringan. aku tidak bisa seperti sahabat kecilku ini, yang bisa mengajaknya berbincang lewat pesan singkat bahkan makan bersama. terlalu jauh di angan-angan untukku.
aku biarkan perasaan berdebarku selalu ada ketimbang harus larut dalam kesedihan jika teringat akan luka-lukaku yang belum mengering. kalian pasti mengerti, mengeringkan luka itu butuh waktu lama. hanya orang-orang dengan mental baja yang bisa lekas melupakan kenangan-kenangaan buruk, yang tak membiarkan itu mengusik mood bahkan hidupnya.
ia mulai menghiasi pikiranku, aku agak khawatir jika intensitasnya semakin sering karena memang aku tak akan bisa mendapatkannya. menjadi secret admirer? aku sudah lupa bagaimana rasanya dan mengatasi rasa sakit hati menjadi orang yang terabaikan oleh dia.
for Mr. Initial, look at me please. I look at you right now.