dalam runyamnya fikiran terbersit suatu pertanyaan
"masih maukah Engkau melihatku?"
menjauh dan menjauh seperti pengelana tanpa kompas
berbelok, tak terarah dan tanpa semangat
terlalu mudah terjatuh dan rapuh seperti balita
pertanyaanku seperti pohon yang tumbuh
mulai bercabang di tiap dahannya
tak lagi mempertanyakan apakah Kau masih mau melihatku?
aku bertanya, sudikah Kau mendengar segala laraku?
walau aku sering mengindahkanMu
tanpa jawaban, aku coba yakinkan,
ya, Kau pasti membuka lebar tanganMu untuk semua hambaMu
sungguh, aku jahat sekali..
mungkin aku tidak bisa seperti kucing,
dapat berjalan menjauh dari tempat majikannya dan kembali saat petang
mungkin aku tidak bisa seperti bunga matahari,
yang setia menatap ke arah matahari terbit dan terbenam
mungkin aku tidak seperti magnet,
paham kemana ia harus mendekat
aku belum bisa menjadi hambaMu yang baik
disini aku mencari jati diri
bergumul dengan fikiranku sendiri
menyiksa batinku sendiri,
membiarkan terlalu lama batinku tenggelam dalam kebingungan
dan bukankah Kau tidak menginginkan hambaMu dalam keraguan?
bagaimana bisa aku menjadi seseorang yang dapat diandalkan?
mengandalkan diri sendiri saja aku belum cukup mampu, ya Tuhan
bagaimana bisa aku membantu berdiri orang-orang yang kusayangi?
mencari jalan keluar saja sulit kulakukan, ya Tuhan
dan saat aku tak ingin sendiri, ternyata aku harus sendiri
tidak, harusnya aku ingat Kau tak pernah kemana-mana
bagaimana bisa aku selalu dan selalu lupa akan hal itu?
tapi, Tuhan... aku butuh teman, perantaraMu dengan aku
dimana mereka yang aku sebut sahabat, ya Tuhan?
mereka sibuk, ya Tuhan..
seharusnya aku mengerti, mereka sahabatku.
mereka sibuk dan aku tak boleh mengganggu
di atas kitab suciMu, aku melepas lara
dalam diary elektronikku, aku 'berbincang' denganmu
tertanda,
hambaMu
emm, judulnya apa ya?
This entry was posted on 4/11/2013. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.