kami terikat dalam suatu hubungan darah dan kami berkomunikasi dengan cara kami, yang berbeda.
suatu perbedaan umur mengajarkanku bagaimana harus bersikap sebagai seorang adik dan seorang anak dalam suatu keluarga. belajar menghormati dan belajar memahami. aku perlahan-lahan belajar, aku tidak lagi seorang maya dengan seragam putih-merah dan dan sepatu hitam yang kecil.
belasan tahun kulewati dengan keluarga kecil ini. mama, bapak, mas adit dan aku. didukung dengan keluarga besar di belakang dan samping kami, ada mbahuti, papi, pakde, budeh, tante-tanteku, paman-pamanku, sepupu-sepupuku dan keponakan-keponakanku.
yang baru kusadari ketika abangku mulai memasuki dunia kerja. aku melihatnya sebagai dunianya orang dewasa dari sini, dari dunia perkuliahanku. aku baru menyadari setelah ini kami akan terpisah jarak, kami akan memegang tanggung jawab kami masing-masing dan itu akan semakin besar. rasa percaya orang tua kami kepada kami kadang membuat kami bertahan, bimbingan Allah yang paling membantu kami bagaimana kami berjalan dan membantu kami berdiri saat jatuh. dan aku semakin sadar, orang tua bahkan kakek-nenek kadang akan sulit melepaskan anak atau cucu mereka untuk terjun dalam dunia kerja yang jauh dari rumah. beberapa tahun lagi mungkin aku akan merasakan hal yang serupa.
lucunya kadang aku membayangkan bagaimana suatu saat nanti kami berkumpul dengan keluarga besar kami, dengan memegang profesi masing-masing dan ditemani keluarga kecil aku sendiri dan keluarga kecil abang. haha
seperti berjalan dalam lorong rumah mendekati pintu keluar, saat memasuki dunia kerja itu seperti mencapai pintu keluar dan berada di keramaian kota besar. kadang dalam bayanganku seperti itu, kesannya keren tapi rumit kalau kita benar-benar berada dalam keramaian kota besar. ya agak gak nyambung sih. hahaha.
dari sini aku selipkan harapan kau akan baik-baik saja