hari itu hari sabtu, 26 februari dan aku sedang berteduh di depan indomaret Sapta Prasetya. aku hanya online twitter via mobile sambil sesekali melihat hujan yang masih turun di depanku. seorang bapak penjual martabak menghampiriku sambil memberiku sebuah kursi plastik. ya, saat itu aku dalam keadaan berdiri sambil menunggu hujan reda. akhirnya, aku duduk sambil mengucapkan terima kasih.
handphone LGku bergetar, sebuah sms ah, tidak, 3 buah sms masuk. dan semua berisi 1 berita yang sama. Ibu Laily Soraya, guru biologi SMA N 15 Semarang, meninggal dunia.
aku shock, ya, shock dalam diam. aku mencoba mengingat bagaimana aku pernah dekat dengan beliau.
saat itu aku baru kelas 10. aku mengenal beliau saat aku menjadi pengurus infaq kelas. dan saat itu beliau menjadi bagian yang menyimpan uang infaq sekolah. beliau baik. baik sekali.
walau aku tidak pernah diajar biologi oleh beliau.
ah, kedua, saat aku nemenin mama ke reuni akbar SMAnya, aku melihat beliau. ya biarpun aku tidak menyapa karena saat itu beliau sedang asik bercanda. aku bilang ke mama, "mah, itu guru maya!" sambil menunjuk beliau yg agak jauh dari kami.
mama nyoba inget-inget siapa temannya itu. tapi, gak inget juga -,- terus mama bilang, "kalo mama gak inget, mungkin gurumu adek kelas mama. 2 tahun dibawah mama"
ya mungkin itu gak ada hubungannya dengan 'bagaimana aku bisa kenal beliau?'
ah, ya, balik lagi ke masa sekarang
aku takziah ke rumah mendiang. boncengan sama arinda dan berbondong sama teman-teman sekolah.
nyampe disana kita kebingungan karena ramai sekali. akhirnya kami menjauh dari rumah mendiang. nunggu sampai teman-teman dan para alumni datang.
saat beberapa teman dan alumni datang, kami masuk ke rumah mendiang. aku, arinda dan beberapa teman lainnya serta bu Indri (guru TIK) cuma bisa berdiri di teras. akhirnya bu Indri berinisiatif buat masuk lewat belakang. kita pun mengikuti bu Indri.
saat itu aku masih biasa aja. atmosfer duka-cita belum berasa dihatiku. tapi, begitu melihat tubuh kaku dan dingin almarhumah Ibu Laily, badanku langsung gemetaran. walaupun, tubuh beliau sudah tertutup kelambu putih aku tetep gak bisa menahan tangis. aku berdo'a al fatihah. lalu keluar rumah dengan tubuh bergetar. aku menangis
Selamat Jalan, ibunda kami tercinta (mendiang Ibu Laily Soraya)
This entry was posted on 2/27/2011. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.