Allaah akan Selalu Memberi Jalan

Saya mau bercerita. Masih ga jauh-jauh dengan judulnya, hanya saja isinya tidak berkaitan dengan kajian ya. cuma cerita. hehe


Allaah akan selalu memberi jalan keluar bagi hambaNya, tinggal bagaimana kita peka ketika diberi petunjuk.

Saya tidak akan bilang kalau saya peka, saya jauh banget dari peka. Sering ga peka, bahkan terhadap sesama manusia saja belum peka. 

Ini cerita saya ketika masih remaja, masih di jaman jahil. Jahil banget. tomboy, ngomong kasar justru jadi kebanggaan, pernah pacaran pula (naudzubillah. semoga Allaah ampuni saya), dan lainnya. 
Ini terjadi sekitaran tahun 2013, saya kuliah, pertengahan masa kuliah. Saya sempat mengalami fase 'terpuruk' karena putus. ya, jangan dicontoh ya. saya pergi ke tempat teman demi mencari 'pelarian' dari beban pikiran dan perasaan. saya melakukan ini dan itu, kegiatan yang menyibukkan. tapi, saya tidak segera mencari Allaah, mohon ampunNya. 
Suatu saat, singkat cerita, saya diajak seorang sahabat saya ikut kegiatan volunting. di bidang pendidikan. di masa yang sama, saya juga mulai nyemplung di dunia les-ngelesi, buat nambah uang jajan sendiri kalau kata masku. ya, melalui masku, Allaah memberi jalan yang sekarang menjadikan dunia tentoring ini menjadi side-job sampai sekarang
Masa-masa itu saya mulai berpikir, saya ga boleh terus-menerus 'melihara' sifat-sifat ini. Banyak dong PR-nya. hehe. dan dari situlah, saya ingin belajar menghargai kalau kita tidak boleh nge-judge orang sembarangan, tapi, ya sering khilafnya yak. hehe. kita ga tau apa yang sedang ia hadapi, bisa saja ia seperti kita juga, yang ingin sekali perlahan-lahan berubah. pernah dengar kan, musuh terbesar itu diri sendiri? begitulah adanya.
Tapi, kita punya Allaah. Allaah tau- paling tau apa yang terbaik untuk hambaNya. maka, begitupun Allaah kepada saya. saya diberi jalan keluar. saya dipertemukan teman-teman yang shalih/ah. yang mencintai agamanya. yang belajar keras mempelajari sunnah Rasul. saya minder banget kalau berkumpul dengan mereka. malu. saya yang fakir ilmu, saya yang butiran debu bisa diterima mereka sebagai teman-temannya. rasanya...
Perlahan-lahan, saya dikelilingi teman-teman yang satu tujuan dengan saya. mereka tak lelah mengajak saya dalam kebaikan. nambah minder lagi saya. mereka sering ngajak saya ke kajian ust. A, atau tausiyah ust. B, atau diajak kegiatan-kegiatan kemanusiaan. mereka semua yang ngajak. walaupun saya sering seenaknya ga ikut.
Lalu, saya teringat cerita yang pernah saya baca (atau dengar ya? saya lupa) tentang dialog Buya Hamka (semoga ga salah inget) dan seorang kawannya. kurang lebih kawannya bertanya apakah Buya Hamka melihat perjudian, wanita setengah telanjang, dan lainnya ketika di Amerika sana. lalu, Buya Hamka menjawab 'tidak' karena semua itu berdasarkan niat dan pikiran kita sendiri. kita sudah mikirnya bakal menemukan hal-hal yang buruk, suudzon duluan ya bisa saja pada akhirnya memang di'pertemukan' dengan keburukan-keburukan itu. karena Allaah berdasarkan prasangka hambaNya. iniii yang jujur saja masih sulit sekali buat saya. tidak dipungkiri, saya sering mengambil prasangka terlebih dahulu. padahal prasangka buruk itulah yang 'membunuh' diri sendiri. suudzon. yalho, coba aja kalau mau buktikan. prasangkakan yang baik bahwa kita akan bertemu orang-orang yang baik, maka Allaah pertemukan kita dengan mereka.
Saya takjub bagaimana cara Allaah menentukan takdir hambaNya. saya tak pernah menduga. ga pernah. ga pernah tau bakal dipertemukan dengan orang-orang baik ketika saya memutuskan tak ingin kembali ke jaman jahil. berat memang. saya juga masih terlalu jauh dari kata baik. tapi, saya mencoba untuk melibatkan Allaah. saya mau begini, saya minta ke Allaah. saya mau begitu, saya minta ke Allaah. saya sedih, saya coba pasrahkan isi hati ini ke Allaah. karena hambaNya ini hanya seorang manusia yang tak lepas dari khilaf. lalai.
Saya sering melihat teman-teman saya yang berdiam diri. asyik dengan qur'annya di suatu sudut ruangan. mereka yang berlama-lama dalam sujudnya. mereka yang tekun belajar tahsin karena mereka menyadari ketika kita meleset sedikit saja ketika membaca qur'an, bisa mengubah pula dari arti yang sebenarnya. mereka tekun mendatangi kajian sunnah, karena mereka menyadari semuaaaa hal di kehidupan sehari-hari sudah dicontohkan Rasulullah sholallahu'alayhiwassalam. sampai hal sekecil apapun. saya takjub. mereka yang teguh menjauhi diri dari maksiat. saya malu deh sama diri sendiri. kapan saya bisa seperti mereka? oh, Allaah. kadang saya bertanya-tanya, bagaimana rasanya menyimpan rasa cinta untuk Allaah dan Rasulullah. bagaimana rasanya begitu bergetar hatinya membayangkan pertemuan dengan Rasulullah. bagaimana rasanya begitu menikmati sujudnya sampai tumpah ruah air mata itu. bagaimana rasanya....
Sungguh, dari hal itu pula, saya menyadari, hidayah itu DICARI. bukan ditunggu. Allaah belum kasih hidayah? ya dicari terus sampai Allaah kasih. bukan nunggu.

semoga Allaah limpahkan hidayah untuk kita semua. 

This entry was posted on 11/03/2017. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply

please, post your comment